Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia, Semester 2 - Juni 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahulan
Industri tahu saat ini sudah menjamur di Indonesia, dan rata-rata masih dilakukan dengan teknologi yang sederhana, sehingga tingkat efisiensi penggunaan air dan bahan baku masih rendah dan tingkat produksi limbahnya juga relatif tinggi.
Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan, limbah ini kebanyakan oleh pengrajin dijual dan diolah menjadi tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung ampas tahu yang akan dijadikan bahan dasar pembuatan roti kering dan cake. Limbah cairnya dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan tahu. Oleh karena itu, limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Limbah cair tahu dengan karakteristik mengandung bahan organik tinggi dan kadar BOD, COD yang cukup tinggi pula, jika langsung dibuang ke badan air, jelas sekali akan menurunkan daya dukung lingkungan. Sehingga industri tahu memerlukan suatu pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi resiko beban pencemaran yang ada.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana dampak limbah tahu yang tidak diolah terlebih dahulu terhadap lingkungan?
Bagaimana metode yang digunakan dalam mengolah limbah tahu?
C. Tujuan
Mengidentifikasi dampak limbah tahu yang tidak diolah terlebih dahulu terhadap lingkungan.
Mengidentifikasi metode yang digunakan dalam mengolah limbah tahu.
D. Manfaat
Mengetahui dampak limbah tahu yang tidak diolah terlebih dahulu terhadap lingkungan.
Mengetahui metode yang digunakan dalam mengolah limbah tahu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan, limbah ini kebanyakan oleh pengrajin dijual dan diolah menjadi tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, serta diolah menjadi tepung ampas tahu yang akan dijadikan bahan dasar pembuatan roti kering dan cake. Sedangkan limbah cairnya dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan tahu, oleh karena itu limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Limbah cair tahu dengan karakteristik mengandung bahan organik tinggi dan kadar BOD, COD yang cukup tinggi pula, jika langsung dibuang ke badan air, jelas sekali akan menurunkan daya dukung lingkungan. Dengan demikian, industri tahu memerlukan suatu pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi resiko beban pencemaran yang ada.
B. Dampak Limbah terhadap Lingkungan
Industri tahu merupakan industri yang banyak menggunakan air dalam proses produksinya baik sebagai bahan pencuci, pendingin, dan bahan baku produksinya. Air yang digunakan dalam proses produksinya ± 25 L per 1 kg bahan baku kedelai. Mengingat kedelai sebagai bahan baku tahu yang mengandung protein (34.9%), karbohidrat (34.8%), lemak (18,1%) dan bahan-bahan nutrisi lainnya. Akibatnya, limbah cair yang dihasilkan dapat mengandung bahan organik yang tinggi. Bahan organik dalam limbah cair merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, limbah cair industri tahu merupakan salah satu sumber pencemar, sehingga dibutuhkan pengolahan limbah yang memadai. Menurut Nuriswanto (1995) dalam penelitiannya bahwa air limbah industri tahu memiliki angka COD (Chemical Oxygen Demand) antara 1940-4800 mg/L, BOD (Biological Oxygen Demand) antara 1070-2600 mg/L, padatan tidak larut antara 2100-3800 mg/L dan pH antara 4,5-5,7. Air limbah tersebut dihasilkan dari ± 875 L per 35 kg bahan baku kedelai.
Selain berdampak positif, industri tahu juga menimbulkan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya adalah masalah lingkungan. Jika limbah cair industri tahu tersebut dibuang langsung ke badan perairan tanpa proses pengolahan akan terjadi blooming (pengendapan bahan organik pada badan perairan), proses pembusukan dan berkembangnya mikroorganisme patogen. Kondisi ini menimbulkan bau busuk dan menjadi sumber penyakit, sehingga penetrasi sinar ke dalam air berkurang. Akibatnya terjadi penurunan kecepatan fotosintesis oleh tanaman air dan kandungan oksigen terlarut dalam air menurun secara cepat. Selanjutnya terjadi gangguan pada ekosistem air sehingga kondisi dalam air menjadi anaerobik (Fardiaz, 2003).
C. Metode Pengolahan Limbah
Dalam upaya mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh limbah cair, maka proses pengolahan limbah wajib dilakukan sebelum limbah tersebut dibuang ke badan perairan. Salah satu sistem pengolahan limbah secara biologi yang mengurangi kadar cemaran limbah cair industri adalah dengan sistem lumpur aktif (activated sludge). Istilah lumpur aktif digunakan untuk suspensi biologis atau massa mikroba yang sangat aktif mendegradasi bahan-bahan organik yang terlarut. Cara ini dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan mikroba mendegradasi bahan organik kompleks menjadi senyawa stabil dan dapat menurunkan nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD limbah sekitar 70% ⸺95%. Lumpur aktif juga mampu memetabolisme dan memecah zat-zat pencemar yang ada dalam limbah (Sulistyanto, 2003). Lumpur ini merupakan materi yang tidak larut, biasanya tersusun dari serat-serat organik yang kaya akan selulosa dan terhimpun kehidupan mikroorganisme (Mustofa, 2000).
Selain itu, limbah dapat diolah dengan cara anaerob dengan memanfaatkan biogas. Prinsip pembangkit biogas yaitu menciptakan alat yang kedap udara dengan bagian-bagian pokok terdiri atas pencerna (digester), lubang pemasukan bahan baku dan pengeluaran lumpur sisa hasil pencernaan (slurry), dan pipa penyaluran biogas yang terbentuk. Dalam sarana digester ini terdapat bakteri methan yang mengolah limbah cair tahu dan memakan bahan-bahan organik dan menghasilkan biogas. Gas yang terbentuk tersebut difasilitasi dengan adanya pipa yang didesain sedemikian rupa sehingga gas tersebut dapat dialirkan ke kompor yang terletak di dapur. Gas tersebut dapat digunakan untuk keperluan memasak dan lampu penerangan.
Secara umum, proses anaerob terdiri dari empat tahap yakni: hidrolisis, pembentukan asam, pembentukan asetat dan pembentukan metana. Proses anaerob dikendalikan oleh dua golongan mikroorganisme (hidrolitik dan metanogen). Bakteri hidrolitik terdapat dalam jumlah yang besar dalam kotoran unggas karena reproduksinya sangat cepat. Organisme ini memecah senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Senyawa sederhana diuraikan oleh bakteri penghasil asam (acid-forming bacteria) menjadi asam lemak dengan berat molekul rendah seperti asam asetat dan asam butirat. Selanjutnya bakteri metanogenik mengubah asam-asam tersebut menjadi metana. Gas metana dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti bahan bakar memasak dan sebagainya.
BAB III
KESIMPULAN
Bila limbah tahu dibuang tanpa pengolahan terlebih dahulu, maka akan terjadi blooming (pengendapan bahan organik pada badan perairan), proses pembusukan, dan berkembangnya mikroorganisme patogen.
Kadar cemaran limbah cair industri dapat diolah dengan metode sistem lumpur aktif (activated sludge) dan pemanfaatan biogas.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim B. 2005. Kaji Ulang Sistem Pengolahan Limbah Cair Industri Hasil Perikanan Secara
Biologis dengan Lumpur Aktif. Buletin Teknologi Hasil Perikanan Vol. VIII No. 1 : 31-
41.
Kaswinarni , Fibria. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu
Studi Kasus Industri Tahu Tandang Semarang, Sederhana Kendal dan Gagak Sipat
Boyolali. Semarang : Universitas Diponegoro.
Sudaryati N. L. G., Kasa I W., Suyasa I W. K. 2012. Pemanfaatan Sedimen Perairan Tercemar
sebagai Bahan Lumpur Aktif dalam Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu.
ECOTROPHIC Vol. 3 N0. 1 : 21-29.
Subekti S. 2011. Pengolahan Limbah Cair menjadi Biogas sebagai Bahan Bakar Alternatif.
Prosiding Seminaar Nasional Sains dan Teknologi Ke-2: B61-B66.
Comments