Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Bioproses, Semester 2 - April 2019
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT SEMANGKA (Citrullus lanatus) DALAM PEMBUATAN NATA (Nata de Wamerind)
Cyrilia R. Kroon, Mayra Eka Annisa , Jonaldo Lokanata, Muhammad Dhava A. W.
Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
JL. Prof. Soedarto,S. H., Kampus Tembalang, Semarang 50275, Indonesia
ABSTRAK
Buah Semangka (Citrullus lanatus) merupakan salah satu tanaman penghasil buah yang banyak terdapat di Indonesia. Pada semangka, bagian putih kehijauan kurang diminati oleh masyarakat umum dan hanya menjadi limbah yang kurang dimanfaatkan. Lapisan putih pada kulit buah Semangka ini sebenarnya banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi kesehatan, salah satunya zat tersebut yaitu sitrulin. Sitrulin merupakan bioaktif yang penting dalam berbagai kondisi baik fisiologis maupun patologis dan juga salah satu zat antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan kulit. Nata adalah selulosa bakteri yang merupakan hasil sintesis dari gula oleh bakteri pembentuk nata, yaitu A. xylinum. Perkembangan industri kreatif di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan limbah kulit semangka menjadi produk pangan yang berkualitas dan bernilai ekonomis bagi masyarakat sekitar dalam bentuk produk Nata de Wamerind dan juga diharapkan dapat menjadi informasi yang sangat berharga terhadap peningkatan nilai ekonomis dan daya guna dari limbah kulit semangka yang ada di Indonesia.Metode yang dilakukan adalah bekerjasama dengan peabrik pengolah semangka yang kemudian kulit semangka sisa diolah menjadi nata. Ekstrak kulit buah semangka dapat berubah menjadi nata (Nata de Wamerind) dengan warna dan tekstur kekenyalan yang mirip dengan nata de coco pada umumnya. Diharapkan produk Nata de Wamerind ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang berkhasiat bagi kesehatan dan kecantikan kulit, sehingga memiliki nilai ekonomis yang lebih baik. Pemanfaatan kulit buah semangka menjadi nata merupakan salah satu ide kreatif dalam mensiasati kulit buah semangka sebagai alternatif makanan sehat bagi tubuh terutama bagi kesehatan kulit.
Keywords : nata, kulit semangka, stirulin, kulit sehat
ABSTRACT
Watermelon (Citrullus lanatus) is one of the fruit-producing plants that are widely grown in Indonesia. In watermelons, the white-greenish part is less attractive to the general public and become waste. The white layer on the skin of watermelon fruit (the watermelon rind) actually contains a lot of substances that are good for health, one of them is citrulline. Citrulline is an important bioactive in various physiological and pathological conditions and also one of the antioxidants that is beneficial for skin health. Nata is bacterial cellulose which is the result of sugar synthesis by nata-forming bacteria, A. xylinum. The development of the creative industry in Indonesia is increasing every year. The purpose of this study is to utilize watermelon rind waste to be an economically valuable food product in the form of Nata de Wamerind and is also expected to be valuable information on increasing the economic value and usefulness of watermelon rind waste in Indonesia. The method used is to work with watermelon industry to get the remaining watermelon rinds then process it into nata. Extract of watermelon rind can turn into nata (Nata de Wamerind) with color and texture similar to nata de coco in general. Nata de Wamerind product can be used as a nutritious food for skin health and beauty and has better economic value. The use of watermelon rind into nata is one of the creative ideas in anticipating the rind of watermelon as an alternative to healthy food for the body, especially for skin health.
Keywords: nata, watermelon rind, citrulline, healthy skin
PENDAHULUAN
Bioteknologi adalah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari tentang cara menggunakan makhluk hiduo untuk kesejahteraaan makhluk hidup itu sendiri pada umumnya dan manusia pada khususnya beserta dengan lingkungannya. Bioteknologi merupakan salah satu cara memuliakan pangan . Dimana kandungan di dalam suatu bahan makanan mendapatkan kandungan tambahan yang sangat berguna bagi makhluk hidup, terutama manusia . Bioteknologi terbagi menjadi dua ranah kekinian, yaitu bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern. Prinsip bioteknologi konvensional sangat dimanfaatkan dalam memenuhi pemuliaan pangan menjadi produk yang lebih berkualitas. Produk-produk olahan hasil penerapan bioteknologi konvensional ini menggunakan fermentasi sebagai bioprosesnya. (Margaretha, 2015)
Buah Semangka (Citrullus lanatus) merupakan salah satu tanaman penghasil buah yang banyak terdapat di Indonesia. Bagian buah Semangka yang umum dikonsumsi adalah bagian berwarna merah, merah muda, atau kuning. Sedangkan pada bagian putih kehijaun kurang diminati oleh masyarakat umum dan hanya menjadi limbah yang kurang dimanfaatkan. Lapisan putih pada kulit buah Semangka ini sebenarnya banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi kesehatan, salah satunya zat tersebut yaitu sitrulin. Sitrulin merupakan salah satu zat antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan kulit (Rochmatika, 2012 dalam Nurhaeni 2013). Sitrulin merupakan molekul bioaktif yang penting dalam berbagai kondisi baik fisiologis maupun patologis (Niwanggalih, 2014)
Selain itu, Buah Semangka merupakan tanaman multiguna bagi manusia, memiliki kalori yang rendah meskipun rasanya manis, banyak mengandung air, bebas lemak, kaya betakarotin, dan vitamin C. Kulit buahnya tebal, bagian kulit Semangka yang berwarna putih dapat dimanfaatkan untuk merawat kulit dan menyuburkan rambut. Kulit buah Semangka juga kaya akan vitamin, mineral, enzim, dan klorofil. Vitamin-vitamin yang terdapat pada kulit buah Semangka meliputi vitamin A, vitamin B2, vitamin B6, vitamin E, dan vitamin C. Kandungan vitamin E, vitamin C, protein, dan likopen 6 ppm (Nurhaeni, 2013).
Limbah kulit semangka merupakan limbah yang saat ini pemanfaatannya masih belum begitu banyak, padahal kulit semangka mempunyai kandungan kalsium yang cukup tinggi dan ion sangat dibutuhkan oleh tubuh. Pengolahan kulit semangka mempunyai aspek pengawetan, memperpanjang umur simpan dan dapat meningkatkan nilai ekonomis (Pujimulyani, 2012 dalam Siregar, 2015). Komposisi kimia dari kulit semangka dalam 100 g bahan dapat dilihat pada Tabel 1
Nata adalah selulosa bakteri yang merupakan hasil sintesis dari gula oleh bakteri pembentuk nata, yaitu A. xylinum. Beberapa galur Acetobacter menghasilkan membran bergelatin yang dinamakan pellicle pada permukaan suatu kultur cair. Membran ini sama dengan “Nata de Coco”, suatu jenis makanan hasil fermentasi tradisional di Filipina yang yang sangat dikenal sebagai makanan penutup di Jepang. Substansi gelatin ini secara kimiawi identik dengan selulosa (Yoshinaga et al., 1997 dalam Anam,2010).
Nata termasuk dalam produk fermentasi. Bakteri yang ditumbuhkan dalam pembuatan nata yaitu Acetobacter xylinum. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif yang dapat mensistesis selulosa dari glukosa. ( Huda dkk, 2019). Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter xylinum dalam sari buah yang mengandung glukosa yang kemudian diubah menjadi asam asetat dan benangbenang selulosa. Lama-kelamaan akan terbentuk suatu massa yang kokoh dan mencapai ketebalan beberapa sentimeter (BPTP Lampung 2006 dalam Huda, 2019). Selulosa yang dikeluarkan ke dalam media itu berupa benang-benang yang bersama-sama dengan polisakarida berlendir membentuk jalinan yang terus menebal menjadi lapisan nata.
Beberapa spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa, namun selama ini yang paling banyak dipelajari adalah Acetobacter xylinum Bakteri Acetobacter xylinum, jika ditumbuhkan di media cair yang mengandung gula akan menghasilkan asam asetat dan lapisan putih yang terapung-apung di permukaan media cair tersebut. Lapisan putih itulah yang dikenal sebagai nata (Sumiyati, 2009 dalam Huda,dkk., 2019). Kandungan terbesarnya adalah air (98%), sehingga produk ini dipakai sebagai sumber makanan rendah kalori. Kenampakan nata adalah seperti sel, warna putih hingga abu-abu muda, aroma asam, rasa tawar atau agak manis, tembus pandang, teksturnya kenyal dalam keadaan dingin,serta agak berserat dan rapuh pada saat panas (Putri, 2013 dalam Huda, dkk.,2019).
Acetobbakter xylinum merupakan bakteri asam asetat yang bersifat gram negatif, aerob, berbentuk batang, nonmotil, suhu optimum pertumbuhannya 25‐30 0C, dan mampu mengoksidasi etanol menjadi asam aetat pada pH 4,5 (Madigan et al., 1997 dalam Anam,2010) . Proses pembuatan nata oleh bakteri A. xylinum merupakan kegiatan sintesa selulosa yang dikatalis oleh enzim pensintesis selulosa yang terikat pada membran sel bakteri. Penguraian/fermentasi gula dilakukan melalui jalur heksosa monofosfat dan siklus asam sitrat (Susilawati dan Mubarik, 2002 dalam Anam,2010).
Acetobacter menghasilkan serat‐serat selulosa yang sangat halus. Serat‐serat ini dapat membentuk suatu jaringan pada lapisan permukaan antara udara dan cairan yang disebut pelikel. Pelikel ini memiliki ketebalan kira‐kira 10 mm bergantung pada masa pertumbuhan mikroba. Pelikel yang berada pada permukaan udara cairan ini terdiri atas pita‐pita yang mengandung kristalin yang tinggi. Pita–pita tersebut memiliki lebar 40‐100 nm, namun panjangnya sulit diukur karena membentuk jaringan yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Pita tersebut tersusun atas bagian mikrofibril yang berhubungan melalui ikatan hidrogen (Figini, 1982 dalam Anam,2010).
Pada bahan akan diberikan penambahan gula putih (sukrosa) dalam bentuk granular. Nata yang dihasilkan dengan kejernihan yang baik membutuhkan gula dengan tingkat kemurnian yang tinggi dan rendah kandungan abunya. Kandungan abu yang tinggi menyebabkan peningkatan inversi, pewarnaan dan pembusaan selama pemasakan sehingga memperbanyak gelembung udara yang terperangkap didalam massa gula (Bernard, 1989 dalam Siregar, 2015).Penggunaan sukrosa memiliki peranan penting dalam teknologi pangan karena fungsinya yang beraneka ragam, yaitu sebagai pemanis, pembentuk tekstur, pengawet, pembentuk cita rasa, sebagai substrat bagi mikroba dalam proses fermentasi, bahan pengisi dan pelarut (Nicol, 1979 dalam Siregar, 2015). Komposisi kimia gula putih dapat dilihat pada Tabel 2. Komposisi gula putih dalam 100 g bahan
Pada usaha yang dijalankan adalah mengolah kulit semangka menjadi nata yang menyegarkan. Langkah awal yang dijalankan yaitu bekerjasama dengan pabrik pengolah Semangaka, karena dengan adanya kerja sama dengan pabrik pengolah Semangaka akan memudahkan dalam mendapatkan bahan baku berupa kulit semangka. Produk yang dibuat tersebut dipasarkan dengan cara menitipkan ke toko-toko kecil dan minimarket. Produksi akan ditingkatkan apabila permintaan dari konsumen tinggi. Jika produk awal yang ditawarkan kurang laku di pasaran, maka akan dilakukan evaluasi terhadap produk nata tersebut agar bisa diterima di masyarakat.
Dari pelaksanaan produksi dan pemasaran setiap bulan akan diadakan evaluasi agar kualitas produk dan teknik pemasaran yang dijalankan dapat berhasil. Untuk evaluasi proses produksi difokuskan pada evaluasi mutu agar selalu lebih baik dan cara pembuatan produk akan lebih ekonomis dalam produksi. Sedangkan untuk teknik pemasaran, evaluasi difokuskan pada perbaikan teknik pemasaran agar semakin banyak menarik konsumen terhadap produk nata yang ditawarkan.
Dengan demikian, kulit buah semangka dapat bermanfaat bagi masyarakkat. Selain itu kandungan gizi yang dimiliki kulit semangka dapat digunakan sebagai nilai jual utama Nata de Wamerind.
TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan limbah kulit semangka menjadi produk pangan yang berkualitas dan bernilai ekonomis bagi masyarakat sekitar dalam bentuk produk Nata de Wamerind dan juga diharapkan dapat menjadi informasi yang sangat berharga terhadap peningkatan nilai ekonomis dan daya guna dari limbah kulit semangka yang ada di Indonesia.
METODE
Alat dan Bahan
Bahan baku pembuatan Nata de Wamerind yaitu limbah kulit semangka, diperoleh dari pabrik pengolah semangka yang ada di sekitar Semarang. Bahan yang diperoleh dicuci terlebih dahulu hingga bersih. Kulit terluar semangka yaitu bagian yang keras dan berwarna hijau gelap dikupas terlebih dahulu. Bagian yang digunakan adalah bagian dalam kulit semangka yang berwarna putih. Bahan tersebut lalu dicuci kembali hingga benar-benar bersih dan diambil ekstraknya. Starter nata yaitu bakteri Acetobacter xylinum ini diperoleh dengan cara membelidi Universitas Diponegoro dengan cara melakukan pemesananterlebih dahulu karena keterbatasan stok yang ada di Universitas Diponegoro, sehingga dilakukan pemesanan 1 minggu sebelum penelitian.
Bahan-bahan yang digunakan dalam memproduksi Nata de Wamerind adalah sebagai berikut: ekstrak kulit semangka (bagian yang berwarna putih) sebanyak 800mL, air secukupnya, gula pasir 80 gram, urea 80mL, asam asetat atau , etanol 60-70%, dan Acetobacter xylinum.
Adapun peralatan yang digunakan yaitu: kompor, panci kaca/teflon, pengaduk, wadah plastik, tutup plastik berlubang, pisau, dan kertas indikator universal. Selain itu digunakan kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS) untuk uji kadar stirulin pada kulit buah semangka.
Cara pembuatan Nata de Wamerind
Tahapan dan prinsip pembuatan Nata de Wamerind hampir sama dengan pembuatan Nata de Coco pada umumnya. Pembuatan Nata de Wamerind dapat diproduksi dalam industri rumah tangga. Tahapan-tahapan dalam pembuatan Nata de Wamerind antara lain:
Langkah pertama dalam pembuatan Nata de Wamerind adalah memasukkan 800mL ekstrak kulit semangka (bagian yang berwarna putih) yang telah disiapkan ke dalam panci.
Memanaskan ekstrak kulit semangka semangka 20 menit dengan menggunakan kompor sambil diaduk hingga mendidih. Lalu menambahkan gula pasir sebanyak 80 gram dan urea sebanyak 80mL lalu dididihkan kembali hingga semua gula pasir dan urea larut sempurna selama 15 menit. Urea digunakan sebagai sumber Nitrogen yang nantinya digunakan oleh Acetobacter xylinum.
Setelah gula pasir dan urea terlarut sempurna, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah memindahkan bahan yang telah didihkan tadi kedalam wadah plastik yang sebelumnya telah disterilkan dengan etanol 60-70%. Pemilihan etanol dikarenakan tidak beracun serta tidak mengubah tekstur dari Nata de Watermelon nantinya.
Setelah dipindahkan, biarkan hingga dingin pada suhu kamar yaitu sekita 25-30. Lebik baik jika didinginkan selama satu malam pada tempat yang steril.
Langkah yang dilakukan selanjutnya adalah mengkondisikan pH agar pH=4 dengan menambahkan asam asetat atau secukupnya hingga pH=4, uji dengan menggunakan indikator universal di beberapa tempat, agar pH dapat dipastikan merata diseluruh bagian.
Setelah pH diatur dan sudah sesuai, langkah selanjutnya adalah inokulasikan starter Acetobacter xylinum sebanyak 50-100mL. Acetobacter xylinum digunakan untuk pembentukan selulosa-selulosa yang nantinya menjadi Nata yang berasal dari gula dan glukosa yang ada di semangka.
Selanjutnya adalah menutup bahan dengan menggunakan tutup plastik berlubang yang telah disiapkan sebelumnya, lubang digunakan agar oksigen dapat masuk karena Acetobacter xylinum adalah bakteri aerob yang membutuhkan oksigen. lalu diinkubasikan selama 10-15 hari dalam suhu kamar dan ditempatkan di tempat yang steril.
Setelah 10-15 hari diinkubasi, panen Nata de Wamerind yang ada lalu direndam dengan air selama 2-3 hari dengan air selalu diganti setelah satu hari perendaman untuk menghilangkan rasa asam dari asam asetat atau , dan bila masih terasa asam, didihkan selama 10 menit lalu ditiriskan.
Selanjutnya potong-potong dan memberi gula sebagi tambahan rasa.
Uji Kadar Stirulin
Sebuah metode menggunakan kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS) dikembangkan untuk memisahkan citrulline dari asam glutamat, yang dielusi ketika dianalisis dengan kromatografi cair kinerja tinggi (Rimando & Perkins, 2005).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak kulit buah semangka dapat berubah menjadi nata (Nata de Wamerind) dengan warna dan tekstur kekenyalan yang mirip dengan nata de coco pada umumnya. Penambahan gula menyebabkan bakteri bertumbuh dengan baik dan memecah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Bakteri Acetobacter xylinum mampu mengeluarkan enzim yang mampu menyusun (mempolimerisasi) senyawa glukosa menjadi polisakarida yang dikenal dengan selulosa ekstraseluler (Tsakina, dkk., 2015). Selulosa hasil fermentasi kulit semangka inilah yang yang disebut Wamerind ( Nata de Wamerind).
Kulit buah semangka mengandung lebih banyak sitrulin daripada daging berdasarkan berat kering (masing-masing 24,7 dan 16,7 mg / g dwt), tetapi sedikit lebih sedikit pada basis bobot segar (fwt) (1,3 dan 1,9 mg / g fwt, masing-masing). Sitrulin dalam kulit semangka memberikan efek antioksidan yang melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Selain itu, sitrulin dikonversi menjadi arginin, asam amino yang penting bagi jantung, sistem peredaran darah dan sistem kekebalan tubuh. Hasil ini menunjukkan bahwa kulit semangka, limbah pertanian yang kurang dimanfaatkan, menawarkan sumber stirulin alami (Rimando & Perkins, 2005).
Dalam rencana pemasaran Nata de Watermelon perlu memperhatikan beberapa hal. Menurut Novrischa S. (2010) beberapa hal yang sangat diperlukan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat yaitu berhubungan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keunggulan bersaing serta faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi pasar dan dapat dibuat strategi pemasaran yang lebih baik sehingga diharapkan perusahaan atau industri dapat lebih bersaing dengan perusahaan/industri sejenis. Faktor-faktor tersebut antara lain meliputi.
a) Strategi produk dimana produk dihasilkan memiliki kualitas yang baik, disesuaikan dengan apa yang dikehendaki oleh konsumen, selalu mengadakan perbaikan dan pengembangan dari produk yang telah ada secara berkesinambungan dengan memperhatikan beberapa masukan dari para pelanggan serta selalu berusaha mengurangi pemborosan khususnya mencoba untuk menggunakan kembali buangan bahan baku dari hasil pembuatan produk utamanya.
b) Strategi pelayanan dimana pelayanan kepada pelangggan yang diberikan ditekankan pada unsur fleksibilitas dalam memperhatikan keluhan pelanggan yang cepat dan tepat waktu dalam pengiriman order serta hubungan yang baik dengan pelanggan.
c) Strategi promosi dimana yang diterapkan rata- rata dengan menggunakan media brosur, pembuatan profil industri, menitipkan produknya pada beberapa pelanggan,toko, dan agen dengan sistem bagi hasil, meminta tolong kepada relasi untuk dapat memperkenalkan produk kepada konsumen lain, serta mengikuti beberapa pameran khususnya yang ditujukan untuk industri kecil.
d) Strategi harga dengan memperhitungkan harga di pasar serta mempertimbangkan dari pihak pelanggan serta dengan memperhitungkan jumlah keuntungan yang tidak terlalu besar dan dengan pemberian diskon.
e) Strategi sistem distribusi dimana beberapa produk menggunakan tenaga penjual sendiri dan ada juga yang menggunakan perantara.
Pemanfaatan daging buah semangka menjadi nata merupakan salah satu ide kreatif dalam mensiasati kulit daging buah semangka sebagai alternatif makanan sehat bagi tubuh terutama bagi kesehatan kulit. Pemanfaatan daging buah semangka juga dimaksudkan agar kulit buah semangka tidak dibuang menjadi limbah melainkan dapat dikonsumsi sehingga menambah fungsi dari kulit buah semangka itu sendiri. Pemanfaatan kulit buah semangka menjadi nata yaitu Nata de Wamerind mempunyai peluang pasar yang cukup menjanjikan. Hal ini mengingat nata dari daging kulit semangka belum pernah ditemui dipasaran. Produk makanan yang efisien tanpa mengurangi kualitas bahkan menambah manfaat dari makanan tersebut tentu akan menarik minat konsumen. Diharapkan produk Nata de Wamerind ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang berkhasiat bagi kesehatan dan kecantikan kulit, sehingga memiliki nilai ekonomis tinggi.
KESIMPULAN
Limbah kulit buah semangka mengandung sitrulin yang memberikan efek antioksidan sehingga dapat melindungi tubuh (kulit) dari kerusakan akibat radikal bebas. Selain itu, sitrulin dapat dikonversi menjadi arginin, asam amino yang penting bagi jantung, sistem peredaran darah dan sistem kekebalan tubuh.
Limbah kulit semangka dapat diolah menjadi nata (Nata de Wamerind) dengan bantuan bakteri Acetobacter xylium. Produk yang dihasilkan memiliki warna dan tekstur kekenyalan yang mirip dengan nata de coco pada umumnya. Nata de Wamerind memiliki kelebihan dari segi manfaat yaitu selain memenuhi kebutuhan serat juga berkasiat bagi kesehatan dan kecantikan kulit.
Produk pangan nata berbahan dasar kulit buah semangka ini dapat membuka peluang usaha baru di masyarakat karena dengan manfaatnya bagi kesehatan, produk ini memiliki nilai ekonomis tinggi dan sampai sekarang produk ini masih belum ada di pasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Adelia, E W dkk. 2015. Pemanfaatan Kulit Semangka( Citrullus lanatus) Bagian Dalam sebagai
Bahan Dasar Pembuatan Selai. Bandung
Anam, K. 2010. Produksi Nata De Coco. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Huda, F M, Faradillah, Fadhli, Sari, Irma. 2019. Nata De Citullus. Semarang : Universitas
Diponegoro.
Margaretha, Y P. 2015. Pengaruh Kadar Gula terhadap Pembuatan Nata De Yam. Yogyakarta :
Universitas Sanata Dharma
Niwanggalih, P. 2014. Pengaruh Ekstrak Kulit Semangka( Citrullus lanatus (Thumb.)) terhadap
Jumlah Neutrofil pada Radang Luka Gores Mencit (Mus musculus) Jantan BALB/C dan
Pemanfaatanya sebagai Karya Ilmiah Populer. Universitas Jember
Nurhaeni, dkk. 2013. Kajian Kadar Fenolat dan Aktivitas Antiosidan Jus Kulit Buah
Semangka(Citrullus Lanatus).Palu : Universitas Tadulako.
Novrischa S., Ishadi, Hoer, Kurniawan. 2010. Nata Daging Buah Semangka (Nata de Citrullus)
sebagai Alternatif Makanan Sehat Penderita Hipertensi. Malang : Universitas Negeri
Malang.
Rimando, Agnes & Perkins, Penelope. 2005. Determination of citrulline in watermelon rind.
Journal of chromatography. A. 1078. 196-200. 10.1016/j.chroma.2005.05.009.
Siregar, Sonya. 2015. Pengaruh Perbandingan Sari Kulit Semangka dengan Sari Markisa dan
Jumlah Sukrosa terhadap Mutu Hard Candy. Medan : Program Studi Ilmu Dan Teknologi
Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Tsakina, P M , Rosalia, Nena, Sukmawati, Erma, Yaumi. 2015. Pemanfaatan Buah Sirsak
(Anona muricata) dalam Pembuatannata (Nata de Anona muricata). Surabaya : Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya.
Comments